Rabu, 18 November 2015
GAMBAR ILUSTRATIF
Langkah membuat
gambar ilustratif
a. Persiapan Bahan dan
AlaT
- kertas
- pensil
- penghapus
- penggaris
- crayon (jika ingin diwarnai)
b. Penentuan Tema
Penentuan tema sebelum menggambar dapat me-mudah kan kita dalam menentukan
objek. Tema yang masih luas dapat disederhanakan.
c. Pembuatan Sketsa
Setelah menentukan tema langkah selanjutnya yaitu membuat sketsa. Sketsa
sebaiknya dibuat lebih dari satu agar kita dapat memilih yang terbaik.
Perhatikan contoh sketsa dengan tema suasana di sekolah berikut.
d. Penyempurnaan Gambar
Dari beberapa sketsa yang dibuat dapat dipilih satu yang menurutmu paling
baik. Kemudian, sempurnakan dengan menghapus garis-garis yang tidak perlu dan
menambah garis atau coretan yang dirasa perlu agar gambar tampak lebih hidup.
Jika sudah mantap warnai gambarmu dengan baik. Gambar kemudian diwarnai dengan
media cat air atau crayon.
GAMBAR BENTUK
Langkah Menggambar
Bentuk
Pengamatan
Kegiatan mengenali objek yang akan digambar. Kegiatan awal yang harus kamu
lakukan sebelum kamu menggambar bentuk adalah mengenali dulu objek bendanya.
Termasuk ke dalam jenis apa benda tersebut, terbuat dari apa, kasar atau halus
dan sebagainya, dan sebagainya.
Mensketsa
Setelah itu kita coba membuat sketsa bentuk dari cangkir atau vas bunga tersebut ke bidang gambar. Yang perlu diperhatikan adalah komposisi dari bentuk bendanya. Dan cara mudah untuk mengukur tanpa menggunakan penggaris adalah dengan menggunakan pensil yang kita gunakan tersebut.
Kemudian ukuran tersebut pindahkan ke bidang gambar. Buatlah garis bantu
namun dengan goresan tipis saja agar mudah dihapus dan tidak menimbulkan bekas.
Setelah garis bantu siap, langkah selanjutnya adalah membuat sketsa bentuk dari
gambar tersebut. Setelah sketsa gambar diyakini telah benar proporsinya, garis
bantu sudah boleh dihapus.
Menentukan Penyinaran/Gelap Terang
Setelah kita selesai menggambar bentuk dari objek tersebut, langkah
selanjutnya kira menentukan sinar datang dan menentukan dibagian mana bayangan
akan jatuh..
Pada objek tersebut, sinar datang dari arah kanan. Otomatis bayangan akan
berada di bagian gambar sebelah kiri..
Menentukan Tehnik
Penggunaan tehnik tergantung pada alat dan bahan. Disini yang digunakan
adalah Pensil 2B dan Kertas A3.
Yang menjadi perhatian adalah bayangan yang ditimbulkan akibat benda yang
terkena sinar. Tingkatan gelap dari arsiran bayangan pun berbeda antara bagian
yang satu dengan yang lainnya. Dan bagian tergelap adalah bagian bayangan benda
yang jatuh menimpa benda lain.
Finishing
Setelah selesai mengarsir dan menghapus bagian-bagian yang tidak
diperlukan, gambar bentuk sudah jadi.
GAMBAR DEKORATIF
Langkah pembuatan
gambar dekoratif
Bahan dan alat yang diperlukan: kertas
gambar, pewarna, kuas, pensil hitam/pensil warna/spidol. Prosedur
pelaksanaannya:
(a) Buat rancangan atau gambar berupa motif hias/ornamen pada kertas yang sudah disediakan atau benda 3 dimensi tertentu.
(b) Motif hias bisa berupa stilasi dari alam (fauna, flora, alam benda), abstrak, atau geometris.
(c) Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk, hanya hitam putih saja, atau berwarna.
(d) Warna-warna yang digunakan bisa diambil dari: pewarna buatan, atau pewarna alam.
(a) Buat rancangan atau gambar berupa motif hias/ornamen pada kertas yang sudah disediakan atau benda 3 dimensi tertentu.
(b) Motif hias bisa berupa stilasi dari alam (fauna, flora, alam benda), abstrak, atau geometris.
(c) Penyelesaian akhir gambar seperti pada gambar bentuk, hanya hitam putih saja, atau berwarna.
(d) Warna-warna yang digunakan bisa diambil dari: pewarna buatan, atau pewarna alam.
Sabtu, 14 November 2015
MAKALAH ESTETIKA ABAD PERTENGAHAN DAN PRAMODERN (KELOMPOK 5)
Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan SENI RUPA yang di bina oleh
Bapak Muhammad Reyhan Florean, M.Pd
KELAS : 3-A
NAMA KELOMPOK :
1.
Rizky
Ayu Kusumadewi 14186206019
2.
Kiki
Nimas Ratnasari 14186206020
3.
Rohmatul
Aiza 14186206021
4.
Nelistya
Surya Dewi 14186206022
5.
Muhammad
Farhan Faizi 14186206314
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
2015
2.1 Estetika Abad
Pertengahan
Seni rupa,
musik dan drama pada abad pertengahan didukung oleh para penguasa negara dan
masyarakat, akan tetapi jauh daripada dahulu dan sesudahnya pada abad
pertengahan seni dipengaruhi oleh agama. Seperti pada tempat ibadah dengan
segala perhiasannya, buku dengan perhiasan atau miniaturnya, pakaian dan
alat-alat peribadatan, sastra, musik dan juga drama merupakan pengaruh agama
terhadap seni. Kesenian dan karya seni berhubungan dengan agama dan dalam
perkembangannya, seni dan religi berkaitan erat satu sama lain. Di wilayah
dunia bagian Barat yaitu sekitar laut tengah pada abad pertengahan, ada tiga
agama yang menentukan perkembangan seni, yakni: Yahudi, Kristiani dan Islam.
Ketiganya merupakan agama moneteis yang dalam sejarah berasal dari satu akar. Khususnya
mengenai anggapannya tentang seni religius agama Yahudi dan sikap yang menjadi
nyata dalam kesenian dari ilhamnya Kristiani.
Dalam
lingkungan Yahudi dan di lingkungan Islam sangat ditekankan transendensi Allah
yang tidak dapat dan tidak diboleh digambarkan dalam berhala-berhala. Pendirian
itu mempengaruhi secara khusus seluruh bidang seni rupa. Gambar-gambar atau
patung yang berusaha menyatakan Allah atau yang ilahi itu dilarang, apalagi
manusia dan biasanya hewan-hewan tidak boleh dipahat atau dilukiskan. Dari
sudut lain jelaslah bahwa seni rupa yang bermotif (umpamanya) bunga-bunga,
daun-daun dan rantai ataupun hanya yang bermotif matematim sangat dikembangkan
pula keahlian dalam memakai warna-warni gemilang, seni sajak, musik, arsitektur
dalam tempat-tempat ibadah dan tempat berkumpul (Sinagoga, masjid serta
istana-istana malahan rencana kota).
Seni
religius dalam lingkungan kristiani ditandai dengan kepercayaan pada penjelmaan
sabda ilahi sebagai manusia dalam diri Yesus Kristus. Maka manusia dan segala
yang berhubungan dengan masyarakat dan sejarah manusia yang dainggap paling
cocok untuk memperlihatkan Tuhan dan keterlibatannya dalam dunia. Dalam hal ini
terdapat perbedaan antara lingkungan gereja di sebelah Timur Laut Tengah
(Kabatrikan Istambul, Ryzantium Konstatinopel, Anthiokia, Iskandaria). Seni
religius dan segala bentuknya (spiritual) dipengaruhi oleh anggapan itu lepas
dari madayarat terdapat upacara-upacara syurgawi. Bagian barat (gereja latin)
dipengaruhi oleh anggapan itu juga sampai sekitar menjelang abad ke-10, tetapi
mulai sekitar tahun 1000 di Eropa Barat dalam banyak bidang (spiritual,
senirupa, sastra, penyelenggaraan negara serta pengurus masyarakat dan
perdagangan, lalu ilmu alam dan lain-lain) muncullah minat besar yang konkret, partikular
dan individual itulah yang menjadi nyata dalam perkembangan seni khususnya
dalam seni religius.
Estetika
Abad Pertengahan Abad pertengahan merupakan abad gelap yang menghalangi
kreativitas seniman dalam berkarya seni. Agama Nasrani (Kristen) yang mulai
berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat akan menjadi belenggu
seniman. Gereja Kristen lama bersifat memusuhi seni dan tidak mendorong
refleksi filosofis terhadap hal itu. Seni mengabdi hanya untuk kepentingan
gereja dan kehidupan sorgawi. Karena memang kaum gereja beranggapan bahwa seni
itu hanyalah/dan selalu mmemperjuangkan bentuk visual yang sempurna
(idealisasi). Manusis merupakan pusat penciptaan. Segala sesuatu karya
kembali kepada manusia sebagai subyek matternya. Hal ini dinamakan
anthroposentris. Tokoh Renesans (dari kata Renaissance), Leon Battista
mengatakan bahwa lukisan adalah penyajian tiga dimensi.
Ia
menekankan penggambaran yang setia dan konsisten dari subyek dramatik sebuah
lukisan. Battista berpendapat pula bahwa seniman harus mempelajari ilmu anatomi
manusia, dan kaidah-kaidah teknik senirupa yang lain. Dengan kata lain, seniman
perlu mengikuti pendidikan khusus, selain mengembangkan bakat seninya.
Pandangan ini pun diikuti para ahli lainnya dan para seniman di jaman initermasuk
Leonardo dan Vinci. Istilah akademis dalam seni mulai tampak dirintis, karena
ada usaha para seniman untuk mengembangkan ilmu seni secara rasional (teori
yang berlandaskan kaidah seni klasik Yunani/Romawi).
·
Zaman Renaisance
Renaissance
ialah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad
kegelapan sampai muncul abad modern. Perkembangan itu terutama sekali dalam
bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, di antara perkembangan itu terjadi
juga perkembangan dalam bidang filsafat. Renaissance telah menyebabkan manusia
mengenali kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari sini ialah muncul
penelitian-penelitian empiris yang lebih giat. Berkembangnya penelitian empiris
merupakan salah satu ciri Renaisance.. Di dalam bidang-bidang filsafat, zaman
Rennaisance tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang
seni dan sains. Zaman ini sering juga di sebut Zaman Humanisme. Maksud ungkapan
ini ialah manusia di anggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur
berdasarkan dari gereja (kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh
manusia. Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia. Karena manusia
mempunyai kemampuan untuk berpikir, maka humanism menganggap manusia mampu
mengatur dirinya dan mengatur dunia. Jadi, ciri utama Renaissance ialah
humanism, individualism,lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama),
empirisme, dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari watak itu ialah
pengetahuan rasional berkembang
- Ciri-ciri Estetika Renaisans
1. Seni
lukis-pahat: bersifat mental-inteligens (causa-mentale).
2.
Seni-puisi: “meniru alam”; ilmu-ilmu empiris memberikan petunjuk berguna.
3.
Seni-seni plastis, mis. Sastra: ada tujuan moral; yakni perbaikan sosial,
tetapi tetap ideal.
4. Keindahan:
properti objektif benda-benda (order, harmoni, proporsional, kebenaran).
5.
Seni masa klasik telah menurun, rahasianya telah hilang; seni makin merosot
mutunya.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPnN8UP5YSrNfPhStB_kB1OpsP2TT9cs2tRl_EZIG2ehi8GczYw9EUKdpLmChwHMCUapx9AXmzuhW0nvaHN3Txj7aCck-8NlacLX3JKOocWvGujUZLDru7tvbjtkSukC8gPjIIgXElez8c/s1600/New+Picture.jpg](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Gambar Relief dan Patung pada dinding Katedral,
Estetika Abad Pertengahan
- Tokoh- tokoh Pada Zaman Renaisance
Marsilio
Ficinno (1433-99),
the new
academy (1492).
B. Alberti (1409-1472).
Leonardo da Vinci (1452-1519).
- Thomas Aquino (1225-1274)
Filosofi
lain yang terkenal pada zaman pertengahan adalah Thomas Aquino (1225-1274). Ia
menulis mengenai esensi dari keindahan. Rumusannya yang terkenal adalah
"keindahan berkaitan dengan pengetahuan". Sesuatu disebut indah jika
menyenangkan mata si pengamat, namun di samping itu terdapat penekanan pada
pengetahuan bahwa pengalaman keindahan akan bergantung pada pengalaman empirik
dari pengamat. Hal yang selalu mencolok adalah kondisi dan sikap terhadap
subyek keindahan, persiapan individu untuk memperoleh pengalaman estetik.
Selanjutnya, ia berpikir bahwa keindahan adalah hasil dari tiga syarat:
keseluruhan (lat. Integritas) atau kesempurnaan, keselarasan yang benar (lat.
Proportio) dan kejelasan atau kecemerlangan. Secara umum gagasan Thomas Aquinas
merupakan rangkuman segala filsafat keindahan yang sebelumnya telah dihargai.
Sejalan dengan Aristoteles, Thomas Aquinas menekankan pentingnya pengetahuan
dan pengalaman empiris-aposteriori yang terjadi dalam diri manusia.
Ketika
mengkaji secara empirik obyek yang sulit untuk didefinisikan atau diukur secara
langsung, pendefinisian dapat dipermudah dengan perbandingan dengan obyek-objek
atau benda lain, yang lebih mudah untuk dikaji, karena telah dikenal. Kemudian,
daripada menggunakan real definition untuk sementara dapat digunakan definisi
nominal untuk objek atau benda tersebut. Cara ini telah dimanfaatkan dalam
pengkajian tentang keindahan oleh St. Augustinus dan Thomas Aquino.
Thomas beranggapan mengenai keindahan merupakan
suatu rangkuman dimana segala unsur lama dihargai dengan mengetengahkan peranan
dan rasa si subyek dalam terjadinya keindahan. Dalam seluruh karya Thomas
terdapat beberapa uraian pendek mengenai keindahan.
Tentang Thomas Aquino dianggap
penting untuk dipelajari karena:
a.
Memuat suatu unsur baru yang merupakan perintis jalan bagi perkembangan
anggapan tentang keindahan selama masa modern,
b.
Selain itu Thomas amat seringkali dikutip dalam penjelasan-penjelasan mengenai
keindahan.
Estetika Pramodern
Anthony
Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia
yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek-aspek dari alam yang harmonis
pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi manusia, dan
satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni dan alam.
Keagungan, termasuk keindahan merupakan kategori estetika yang terpenting.
David
Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa
keindahan bukan suatu kualitas yang objektif dari objek. Yang dikatakan baik
atau bagus ditentukan oleh konstitusi utama dari sifat dan keadaan manusia,
termasuk adat dan kesenangan pribadi manusia. Hume juga membuat konklusi,
meskipun tak ada standar yang mutlak tentang penilaian keindahan, selera dapat
diobyektifkan oleh pengalaman yang luas, perhatian yang cermat dan sensitivitas
pada kualitas-kualitas dari benda.
Immanuel
Kant, seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari
objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling
mempengaruhi secara harmonis, diantara imajinasi dan pengertian (pikiran).
.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy1Pu-FiheI7S9OA1EjIjKwjIttdPNLAUirOtsw-XHPQFN6egdkEGxghTQmGhyphenhyphenxQ8N79G4w2yiAAFiQcKvtxM7ScuRMhcBNYiDRi88UT8b2ZvY2Zt4ozDR_weygygmtilPO96V1TE8CL-L/s1600/New+Picture.jpg](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg)
Gambar Karya Lithograph, Daumier, realisme
Estetika Pramodern: ekspresi yang cenderung otonom
Dari sini sekitar abad ke-19 muncul
beberapa aliran diantaranya impresionisme dan ekspresionisme. Yang mana pada
dahulu kala para seniman sendiri ikut mengambil bagian dalam merumuskan
pendangan-pandangan mereka tentang ciri khas dan peranan kesepian dalam
perkembangan manusia maupun masyarakat.
- Impressionisme dan Ekspresionisme
Impresionisme adalah suatu gerakan
seni dari abad 19 yang
dimulai dari Paris pada tahun 1860an. Nama ini awalnya dikutip dari
lukisan Claude Monet, "Impression, Sunrise"
("Impression, soleil levant"). Sebenarnya kata “impresionisme”
pada permulaan dipakai sebagai suatu sindiran atau penghinaan terhadap mereka
yang kurang patuh pada peraturan-peraturan dan patokan-patokan yang dianggap
perlu diindahkan agar suatu karya seni dapat terlaksana. Pokoknya pelukis ingin
mengabadikan “kesan”nya (“impression”) dan memperlihatkannya kepada si penonton
lukisannya.
Karakteristik utama lukisan
impresionisme adalah kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak
sekali pelukis impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan
bagian dari cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan,
subjek-subjek lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak
biasa.
Pengarang impresionistis melahirkan
kembali kesan atas sesuatu yang dilihatnya. Kesan itu biasanya kesan sepintas
lalu. Pengarang takkan melukiskannya sampai mendetail, sampai kepada yang
sekecil-kecilnya seperti dalam aliran realisme atau naturalisme, supaya
ketegasan, spontanitas penglihatan, dan perasaan mula pertama tetap tak hilang.
Lukisan seperti itulah lukisan beraliran impresionisme.
Ekspresionisme adalah suatu aliran dalam seni rupa yang melukiskan suasana
kesedihan, kekerasan, kebahagiaan, atau keceriaan dalam ungkapan rupa yang
emosional dan ekspresif. Salah seorang pelukis yang beraliran ekspresionisme
adalah Vincent van Gogh (1853-1890). Lukisan lukisannya penuh dengan ekpresi
gejolak jiwa yang diakibatkan oleh penderitaan dan kegagalan dalam hidup.
Estetika abad pertengahan:
1. Estetika Yunani Kuno Plato (428-348 SM) Realitas
bukanlah realitas indrawi karena realitas indrawi hanyalah merupakan cerminan
realitas yang sebenarnya, yang disebut plato sebagai ide Plato merumuskan teori
yaitu teori dua dunia. Dua dunia tersebut adalah “dunia idea” (dunia atas) dan
“dunia sehari-hari”(dunia bawah) Yang indah menurut Plato adalah pengalaman
jasmani. Keindahan dalam pengertian hidup sehari-hari adalah keindahan tingkat
dua saja. Keindahan sesungguhnya hanya ada didunia idea.
2. Aristoteles (384-322 SM) Menurut Aristoteles,
teknik dan kesenian m filsafat atau ilmu pengetahuan produktif. Aristoteles
melihat kesenian (puisi, drama) sebagai peniruan (mimesis) realitas konkret.
Adanya kesatuan jelas dan runut dari tindakan, waktu dan tempat. Ia tidak
menyukai kisah-kisah mitologis. Banyak hal aristoteles tidak sependapat dengan
Plato
3. Plotinos (205-270 M) Teori plotinos yang sangat
dikena sampai sekarang adalah Teori “Pengalirannya” (emanasi). Teori emanasi
ini identic dengan gerak menurun. Artinya, segala yang ada mengalir terus
menerus dari kelimpahan “Yang Esa”, namun itu sama sekali tidak mengurangi
kesempurnaannya. Proses pengaliran seperti ini dinamakan “emanasi” dan bisa di
analogikan dengan sumber air yang meluap dan mengalirkan sungai terus meneru
tanpa ia sendiri bisa kekeringan.
4. Estetika abad pertengahan Estetika Skolastik :
Thomas Aquinas Thomas Aquinas mengambil ajaran
Aristoteles sebagai dasar menyingkirkan
ajaran-ajaran agustinus
5. Dasar
Filsafat Thomas Aquinas Akal membuat manusia mampu mengenali kebenaran dalam
kawasan alamiah. Sebaliknya, teologi memerlukan wahyu adrikodrat. Karena itu
teologi memerlukan iman. Dengan iman manusia dapat mencapai pengetahuan yang
mengatasi akal, yakni pengetahuan yang tak dapat ditebus oleh akal semata.
6. Dua macam pengetahuan tidak saling bertentangan,
melainkan berdiri sendiri secara berdampingan, Thomas Aquinas: Pengetahuan
Alamiah, Pengetahuan Iman
7. Estetika Thomas Aquinas. Estetika adalah bagian
atau cabang dari teologi. Keindahan bukanlah nilai yang independe Kata kuncinya
adalah mengatasi dunia inderawi, menuju kontemplasi langsung kesempurnaan ilahi
keindahan sejati berada diWilayah Tuhan
8. Cirri-ciri Estetika dan Syarat keindahan Thonas
Bersifat metafisik dan rasional Keindahan adalah aspek dari kebaikan(the good);
dan dalam karya seni, “yang indah” identik dengan “yang baik” (beauty is
goodness).Yang indah adalah yang menyenangkan secara inderawi (mata, telinga,
dsb). Keindahan itu terkait erat dengan hasrat atau keinginan. Tiga syarat
keindahan •Integritas atau kelengkapan: sempurna, tak terpecah dan tak
tersamai. •Harmoni, selaras dan proposional : keselarasan yang benar.
Kecemerlangan; jelas, terang dan jernih
9. Pandangan Thomas ini sekaligus subjektif, namun
sekaligus juga objektif. Subjektif artinya menyenangkan si subyek, penonton;
objektif berarti ada kriterianya: semprna, proposional, dan cemerlang.
10. Estetka masa Renainsains Secara etimologis kata
“renaissance” (kelahiran kembali) berasal dari kata ‘re’(kembali) dan
‘naisance’ (lahir). Artinya masa kebangkitan kembali minat pada budaya Yunani
kuno (Neo-platonisme).
11. Ada factor yang mempercepat perkembangan baru di
zaman Renaissance. Factor-faktor ditemukannya pemakaian mesin, seni cetak dan
kompas. Zaman ini bukanlah masa di mana muncul system-sistem pemikiran
filosofis yang besar, melainkan merupakan masa di mana metode ilmu pengetahuan
alam modern ditemukan dan dikembangkan
12. Ahli Renesans Franceso Petraracca (1304-1374) “
menghendaki yang baik itu lebih berharga dari pada mengenal yang benar”
Petraraca bukanlah seorang filsuf, melainkan seorang sastrawan italia.
Aristoteles hanya dapat membantu orang “mengetahui apa keutamaan, tetapi tidak
mampu “memotivasi” jiwa dan kehendak untuk mengusahakan keutamaan itu, padahal
yang bernilai bukanlah pengetahuan tentang “yang baik”, melainkan kehendak
untuk melaksanannya.
13. Pico Della Mirandonna (1463-1494) hakikat manusia
dalam kodratnya sebagai manusia juga sebagai mahkluk ciptaan tuhan. - Jadi
semua yang manusia butuhkan didunia untuk memenuhi hasrtanya yang manusiawi
bergantung dari bagaimana cara mereka mengejarnya dan mencapainya.
14. Leon Batistaalberti (1404-1472) Teori keindahan
yang dikemukakan Alberti yaitu keindahan
sehubungan dengan ‘ harmoni antar bagian-bagian’.
Definisi Albrti merujuk pada property benda-benda dan bukan pada kondisi
pikiran si subyek.
15. Marsillo Ficino (1433-1499) Pemikiran Plato yaitu
dengan pendekatan Eksistensial-fenomenologis modern yang terfokus pada
terjadinya intuisi seni dalam penciptaan karya seni ; dan juga mengutamakan
kesinambungan pengamatan karya seni dengan munculnya rasa keindahan atau pengalaman
estetis.
16. Leonardo da vinci (1452 – 1519) Mengikuti model
warisaAristoteles dan Alberti, Da Vinci melihat aktivitas seni mencakup tahap observasi terhadap alam dan
rincian-rinciannya secara ilmiah, kemudian menuju tahap momentum Inspirasi Ilahi.
Tahap momentum inspirasi ilahi, artinya inspirasi ilahi itu pada saat atau
momentum tertentu diperoleh dan dapat membantu memvisualkan kembali alam yang
telah di observasi secara cermat.
17 Francesso Partrizi (1529-1597) Patrizi adalah
seorang filsuf dan teoretikus berkebangsaan italia yang menulis sebuah traktat
tentang puisi dalam sepuluh bagian. Patrizi melawat teori klasik tentang
doktrin, “imitasi” (mimesis) dari Plato, dan menyatakan bahwa sang seniman
pertama-tama adalah seorang pencipta (factor) bukan menimbulkan alam sebagai
sebuah refleksi atau cerminan realitas, tetapi realitas yang sudah
diidealisasikan serta dibuat bersesuaian dengan keinginan-keinginan manusia,
bukan dunia actual dimana kita tinggal dan hidup.
Langganan:
Postingan (Atom)